Rabu, 29 Februari 2012

Kritik Terhadap Para Filosfof Muslim(Paripatetik) (Antara Ibnu Taimiyah dengan Al-Farabi dan Ibn Sina)


Bagian 1
Oleh : azis mutaqin

Aristoteles memang tidak bisa dipungkiri lahir sebagai bapak Logika meskipun masih banyak lagi filosof-filosof barat lainya. Setelah adanya sejarah bahwa logika Aristoteles masuk ke dunia islam,umat islam telah mengenalnya sejak dini,yaitu bebrapa tahun saja setelah wafatnya Nabi Muhammad.kemudian semenjak adanya perhatian penerjemahan yang dimulai pada al-Mansur dan puncaknya pada masa al-Ma’mun,maka masuklah istilah-istilah filsafat dan logika ke dunia islam.Selanjutnya,dengan lahirnya para filodof muslim,filsafat islam menjadi berkembang subur dan pesat di dunia islam.Filsafat dan Logika Aristoteles adalam amat besar pengaruhnya terhadap para filosof muslim.
Sebagai telah disebutkan juga bahwa diantara para filosof muslim yang amat terpengaruh oleh logika Aristoteles adalah seperti al-Farabi , Ibn Sina ,al-Ghazali dan ibn Rusyd .Karena itu ,disini kritikan Ibn Taimiyah akan dibatasi pada keempat filosof Muslim tersebut.
Al- Farabi mengatakan bahwa “Seni Logika” ,umumnya,memberikan aturan-aturan , yang bila diikuti dapat memberikan pemikiran yang benar dan mengarahkan manusia secara langsung kepada kebenaran dan menjauhkan diri dari kesalah-kesalahan. Logika juga membantu kita membedakan yang enar dan yang salah dan memperoleh cara benar dalam berfikir, atau menunjukan orang lain kepada cara benar. Ia juga menunjukan dari man kita mulai berpikir dan bagaimana mengarahkan pemikiran itu kepada kesimpulan –kesimpulan akhir.Sebagaimana al-Farabi,Ibn Sina juga berpendapat bahwa logika adalah alat yang berguna untuk menjaga akal dari tersalah,karena fitrah manusia semata,kadangkala,tidak cukup.Sementara itu al-Ghazali menjadikan logika sebagai syarat yang harus dimiliki terlebih dahulu atas semua ilmu.Logika kata al-Ghazali adalah pendahuluan dari segala ilmu karena itu,siapa yang  tidak menhuasainya ,ilmunya tidak dapat dipercaya . Di tempat lain ,ia juga mengatakan bahwa,logika pada umumnya adalah metode yang benar,jarang terjadi kesalahn:andaikan terjadi kesalahan,kemungkinan hanya terjadi pada istilah-istilah ,bukan pada kmakna dan ntujuanya.Sebab tujuan adalah petunjuk jalan pembuktian.
Ibn mengatakna bahwa logika Aristoteles adalah sumber kebahagian manusia,kebahagian manusia di ukur dengan kerjanya logika.Secara umu,Ibn Taimiyah menolak tugas logika atau tujuanya adalah sebagai mizan atau atauran bagi imu-ilmu rasional dan kedanya tergantung pembuktian dan kesimpulan ,serta menyampaikan kita kepada ilmu pasti(yakin),Menurutnya ilmu-lmu rasional dapat diketahui dengan fitrah manusia yang telah diberikan Allah kepada anak cucu Adam untuk mengetahui sesuatu.Ia tidak pada suatu kaidah atau ketentuan yang diciptakan oleh seorang tertentu. Seperti Aristoteles sebab para ilmuan dari seluruh bangsa telah banyak dapat mengetahui tentang hakikat sesuatu,tanpa seorang pun diantara mereka yang mengetahui logika aristoteles .Dengan pengkajian dan perenungan akan sesuatu,mereka dapat mengetahiu hakikat kebenaran,tanpa mempergunakan logika Aristoteles.
Orang yang berakal,kata Ibn Taimiyah , tidak boleh berpendapat bahwa aturan akal yang ditrunkan Allah adalah Logika Yunani(baca:logika Aristoteles,pen).sebab Allah telah menurunkan aturan-aturan melalui kitab-kitab sucinya jauh sebelum adanya logika Aristoteles,yaitu semenjak Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s , Nabi Musa a.s, dan Nabi-nabi lainya. Sedangkan logika yunani baru diciptkan oleh Aristoteles (w.322 SM)
Akan tetapi amat disayangkan,kata Ibn Taimiyah ,para filosof mencampuradukan kebenaran yang diambil dari agama dengan kebatilan yang diambil dari dasar-dasar filasafat yang sesat.Mereka a berusaha mengharmoniskan antara agama dan filsafat ,dengan berpegang kepada nash-nash,tetapi melakukan pentakwilan yang jauh menyamping dari ketentuan agama dab hanya menyesuaikan dengan kaidah-kaidah fisafat.Umpamanya,nmereka mengatakan bahwa sifat-sifatn Allah yang terdapat dalam Al-quran dan yang dituturkan oleh nabi Muhammad hanyalah bzat Allah yang maha esa.’Arasy adalah falak yang kesmbilan,kursin (al-Kursy) adalah falak kedelapan. Malaikat adalah jiwa-jiwa dsan kekuatan atau daya yang terdapat pada jisim-jisim,tidak adan sesuatu nkejadian diluarn adat kebiasaan,demikian plan mereka tidakn percaya kepada mukjizat. Mukjizat hanyalah semacam dari kekuatan alami atau kekuatan daya jiwa,dan lainya yang dalam kesemuanya itu menurut Ibn Taimiyah ,para filosof  telah menyelewengkan nash-nash agama dan ilmu mereka tidak berdasarkan atas jaran rasulullah.
Upaya Pengharmonisasian Filsafat dan Agama
Fungsi logika bagi para filosof Muslim adalah usaha untuk pengharmonisan itu filsafat dan agama.Disaat musuh-musuh islam darei agama-agama lain menyerang islam dengan bersenjatakan fisafat dan logika,maka nfilosof  Islam berusaha mempertahankan dan membendung agama islam dengan senjata yang sama seperti ada padsa musuh-musuh mereka,dan mereka berusaha membuktikan kebenaran akidah islam dengan dalil logika demonstratif. Cara ini menurut Ibn Taimiyah adalah amat keliru dan berbahaya. Kenapa? Karena menjadikan penyederhanaan sebagain dari filsafat Yunani,disisi dan mengorbankan sebagian akidah islam. Jika al-Ghazali mengafirkan (Takfir) para filosof dalam tiga masalah, Ibn Taimiyah mengafirkan para filisof lebih dari itu : yaitu dalam masalah kenabian,para malaikat,mukjizat dan teori emanasi (pancaran). Emanasi adalah bahwa dari yang maha Esa hanya dapat muncul yang maha Esa pula.sedangkan Akal Aktif (al-Agl al-Fa’ad) yaitu kesepuluhan menciptakan apa yang berada dibawah planet bulan. Pendapat seperti menurut Ibn Taimiyah ,benar-benar merupakan suatu kekafiran,karena tak seorang pun dari Ahl al-Kitab dan kaum musyrikin Makkah yang berpendapat demikian.Kritik ini agaknya terlalu berlebihan,karena perbedaan pendapat di antara sesama Muslim,betapapun warnanya tidak pada tempatnya untuk saling mengafirkan.
Teori Emanasi ,menurut al-Farabim dan Ibn Sian ialah bahwa tuhan sebagai akal berfikir tentang dirinya dan dari pemikiran ini timubul maujud lain. Tuhan merupakan wujud pertama dan dengan pemikiran itu timbul wujud kedua juga mempunyai subtansi. Ia disebut Akal pertama,yang pertama tidak bersifat materi. Wujud kedua berpikir tentang wujud pertama dan dari pemikiran itu timbul wujud ketiga yang disebut akal kedua.
Usaha logika al-Farabi dan Ibn Sina dalam rangka pengharmonisan antara filsafat dan agama inilah yang dikiritik dengan tajam oleh Ibn Taimiyah. Karena mereka menurut Ibn Taimiyah dengan teori emanasinya itu telah menjadikan Allah dalamn menciptakan alam bukan atas kehendak dan penentuan dengan pilihanb dan kekuasaanya.tetapi hanya dengan limpahan atau emanasi nsaja. Allah sebab yang sempurna yang lazim bagi keberadaan alam.Alam timbul dari Allah dengan kelaziman dan kemestian, yang tidak terpisahkan dari nya. Hubunagn Allah dengan alam bagaikan hubunganb matahari dengan cahanya. Dan wahyu yang diperoleh rasul adalah limpahan dari Akal kesepuluh atau akal aktif.yang dalam istilah praktis agama disebut dengan malaikat.pendapat mereku itu menurut Ibn Taimiyah lebih besar kekafiranya dari perkataan  kaum musyrikin Mekkah,sebab mereka hanya mengatakan bahwa malikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Yuhan ,sedangkan Allah tetap sebagai pencipta langit dan bumi dan menciptkan para malaikat dengan kehendak dan kekuasaanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar